Minggu, 20 Desember 2015

Nasehat Untuk Organisasi Khilafatul Muslimin Jangan Menganggap Dirimu Suci




By:Mujahid Hizbullah

Bismillahirrohmanirrohim
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Nasehat dari diri pribadi saya ini, saya tujukan langsung baik kepada Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja sebagai pemimpin partai politik Khilafah atau organisasi Khilafatul Muslimin yang bermarkaz di Teluk Betung Bandar Lampung maupun pengikut ma'mumnya pada umumnya.

Sudah menjadi kebiasaan dan akhirnya terbiasa ketika Organisasi Khilafatul Muslimin kalah Hujjah dalam berargumentasi dengan Jama'ah Muslimin (Hizbullah) maka spontanitas Organisasi Khilafatul Muslimin akan melibatkan Wali Al Fattah dalam setiap argumentasinya, Jurus fasad bin hasad akan mereka keluarkan dengan tuduhan kepada Wali Al Fattah sebagai Imaam pertama Jama'ah Muslimin (Hizbullah) dengan sebutan taghut atau anshor taghut atau murji'ah lantaran Wali Al Fattah pernah maesah dipemerintahan di era Sukarno.

Jama'ah Muslimin (Al-Jama'ah) atau Hizbullah atau Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah adalah syari'at Islam yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya bukan buatan logika kemudian direkayasa oleh Wali Al Fattah, namun kenapa ketika Al-Jama'ah atau Khilafah diamalkan kembali atau ditetapi kembali banyak tuduhan-tuduhan keji dilontarkan kepada Wali Al Fattah ? Padahal awalnyapun Wali Al Fattah MENOLAK menjadi Imaam,beliau menolak dengan halus sampai dua kali, karena didesak oleh ulama pada zamannya yang faham serta ahli Hadits akhirnya beliau menerimanya itupun dengan satu syarat, yaitu apabila sudah ada yang lebih dulu mengamalkan sunnah Jama'ah Imaamah beliau siap menjadi ma'mum.

Tapi kenapa diakhir zaman ini fitnah datang bertubi-tubi kepada Wali Al Fattah yarham terutama fitnah itu dari simpatisan Negara Islam.Indonesia (NII) dan partai politik Khilafah organisasi Khilafatul Muslimin yang mulutnya senantiasa komat-kamit menyebut asma Allah, Apakah ia yang menuduh Wali Al Fattah  merasa dirinya sudah suci  dan aman dari dosa ? Dan apakah hidup sezaman dengan Wali Al Fattah sehingga apakah sudah tau kepribadian Wali Al Fattah ?

Setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia, tidak pernah kehabisan cara untuk menjerumuskan manusia dalam keburukan. Tipu dayanya membuat sesuatu yang sejatinya salah, seolah terlihat menjadi benar. Diantara tipu daya tersebut ialah dengan membuat manusia merasa dirinya suci dan merasa aman dari dosa.

Larangan Menganggap Diri Suci

Allah ta’ala berfirman,
ﻓَﻠَﺎ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰ
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia (Allah) yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32)

Mengenai ayat ini, Syaikh Abdurrahman As-Si’di menerangkan bahwa terlarangnya orang-orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang merasa suci dengan bentuk suka memuji-memuji dirinya sendiri. (Taisir Karimir Rahman ).

Kebiasaan merasa diri suci merupakan perbuatan yahudi dan nasrani yang jelas-jelas dicela oleh Allah ta’ala ,
ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻦْ ﺗَﻤَﺴَّﻨَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻳَّﺎﻣًﺎ ﻣَﻌْﺪُﻭﺩَﺓً
“Dan mereka berkata, ‘kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali selama beberapa hari saja ” (QS. Al Baqarah: 80).

Bahkan, saking merasa sucinya, mereka merasa bahwa hanya merekalah yang paling layak masuk surga.
ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻦْ ﻳَﺪْﺧُﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻫُﻮﺩًﺍ ﺃَﻭْ ﻧَﺼَﺎﺭَﻯ
“Dan mereka berkata,’Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang yahudi dan nasrani” (QS. Al Baqarah: 111).

Sehingga Allah ta’ala cela kebiasaan mereka ini,
ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺰَﻛُّﻮﻥَ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺑَﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺰَﻛِّﻲ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻈْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻓَﺘِﻴﻠًﺎ
“Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun ” (QS. An-Nisa: 49).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
ﻻَ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺄَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺒِﺮِّ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
“Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian” (HR. Muslim).

Rasulullah dan para Salaf pun tidak menganggap diri suci
Adakah keraguan pada diri kita, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna keimanannya? Sekali-kali tidak. Kita amat meyakini kesempurnaan iman beliau. Akan tetapi, kesempurnaan iman beliau tidak membuat beliau merasa dirinya suci dan bosan dalam beribadah. Meski telah dijamin surga, akan tetapi beliau tetap shalat malam hingga bengkak kakinya. Lalu bagaimana dengan kita..?! Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!
Belum sampaikah ke telinga kita, cerita tentang Hasan al Bashri rahimahullah yang tiba-tiba bangun dari tidur malam dan menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya apa sebab ia menangis, ia menjawab, “Aku menangis karena tiba-tiba aku teringat akan satu dosa.” (Al-Buka’ min Khasyatillah, Asbabuhu wa Mawani’uhu wa Thuruq Tahshilih ).

Masya Allah, seorang Hasan al Bashri
rahimahullah yang begitu banyak ilmu dan amalnya, ternyata tidak membuat beliau merasa dirinya suci. Justru beliau menangis karena teringat akan satu dosa. Begitulah sejatinya seorang mu’min, menganggap kerdil dirinya karena dosa-dosanya, sebagaimana Hasan al Bashri rahimahullah yang menangis karena teringat akan satu dosa. Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki..?! Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!

Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Barangsiapa diberikan musibah berupa sikap berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci, maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap kekurangannya dan paling besar kecacatannya.” (Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah an-Nufus , dinukil dari
Ma’alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi)

Begitupula pada diri Wali Al Fattah yang tidak menganggap dirinya suci paling berilmu dsb, sebagai bukti beliau menolak menjadi Imaam sampai dua kali dan ketiga kalinya beliau terima hanya lantaran takut kepada Allah,akhirnya beliau dibai'at sebagai Imaam Jama'ah Muslimin (Hizbullah) tapi diakhir zaman ini justru beliau dicaci maki hanya lantaran pernah maesah dipemerintahan Sukarno sebagai biro politik.

"Wala tajassasun" Semoga Allah ta’ala menghindarkan kita dari sikap merasa suci dan memudahkan kita dalam menggapai surga-Nya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar