Kamis, 21 September 2017

MUNCULNYA KHILAFATUL MUSLIMIN MENAMBAH DAFTAR FIRQOH BARU




Menurut kader Ust Abdul Qadir Hasan Baraja yaitu Abu Salma munculnya khilafatul Muslimin adalah untuk menyempurnakan pergerakan Islam dan Firqoh yang ada khususnya ditanah air Indonesia. Dan Menurut khilafatul Muslimin setelah berakhirnya system kepemimpinan Muslimin di Turky Utsmaniyah tahun 1924 yaitu KHILAFAH yang berbentuk Mulkan, tidak ada satupun gerakan Islam yang berupaya menegakkan kembali system kepemimpinan Muslimin tersebut sehingga dibai'atlah Ust Abdul Qadir Hasan Baraja sebagai Kholifah oleh beberapa orang menurut sumber Al-Chaidar hanya dua orang Irfan dan Jaka pada saat sama-sama didalam tahanan penjara karena terlibat kasus bom.

Jika menurut kader khilafatul Muslimin setelah berakhirnya system kepemimpinan Muslimin di Turky kemudian tidak ada upaya dari kaum Muslimin untuk menegakkannya kembali KHILAFAH pada waktu itu, itu sama saja khilafatul Muslimin menutup mata sejarah keberadaan JAMA'AH MUSLIMIN (HIZBULLAH) Oleh karena itu munculnya khilafatul Muslimin bukan untuk menyempurnakan pergerakan Islam yang ada justru khilafatul Muslimin menambah daftar Firqoh baru ditanah air.

AL-JAMA'AH atau JAMA'AH MUSLIMIN (HIZBULLAH) sebagai wujud Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah diwujudkan atau ditegakkan kembali setelah masa kemerdekaan melalui musyawarah para alim 'ulama dan zu'amma yang perduli kepada persatuan kemudian dibai'atlah, Wali Al-Fattah oleh 9 'ulama dan Diantara para ulama yang membai’at awal Wali Al-Fattaah generasi awal adalah :
– Kyai Muhammad Maksum (Khadimus Sunnah, ahli   hadits asal Yogyakarta- Muhammadiyah)
–    Ust. Sadaman (Persis-Jakarta)
–    KH. Sulaeman Masulili (Sulawesi)
–    Ust. Hasyim Siregar (Tapanuli)
–    Datuk Ilyas Mujaindo, dll.
Bukan yang berdiri sebelum masa REFORMASI 1998 dimana lengsernya Presiden Suharto yang mana semua orang pada waktu itu bebas mendirikan partai politik (parpol) karena sebelumnya di Indonesia hanya ada tiga parpol Golkar, PDI dan PPP serta organisasi kemasyarakan (ormas) Islam, Dimasa ORDE BARU memasuki masa REFORMASI inilah kemudian banyak bermunculan parpol baru dan organisasi Islam baru seperti halnya ormas Khilafatul Muslimin yang berdiri sebelum masa REFORMASI yaitu masa ORDE BARU 1997, Jadi hal yang sangat aneh dan lucu ketika Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah sudah ditegakkan tahun 1953 muncul JAMA'AH dan KHILAFAH baru tahun 1997, Memangnya KHILAFAH ketoprak ? Apalagi mempunyai legalitas dari Negara yang dianggap TOGHUT. Al-Jama'ah ay Jama'atul Muslimin  ay Hizbullah ay Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah adalah syari'at Islam sebagai mana syari'at Islam yang lainnya seperti sholat, shaum, zakat, haji, infaq, hijab dsb. Dan syari'at TIDAK perlu legalitas dari Negara.

Seharusnya ketika terjadi dalam satu masa/zaman sudah ada yang lebih dulu mengamalkan sunnah JAMA'AH, IMAMAH atau sudah ada yang lebih dulu menegakkan KHILAFAH maka "fuu bibai'atul awwal fal awwal" yang datang belakangan tinggal mensesuaikan kepada yang lebih awwal jika yang awwal dianggap belum sempurna maka sama-sama untuk menyempurnakan nya bukan membuat andad tandingan yang justru menambah daftar Firqoh baru dan akhirnya umat Islam sulit untuk bersatu karena masing-masing mengklaim sudah menegakkan KHILAFAH.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ

“Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)


Tujuan ditegakkannya kembali KHILAFAH adalah dalam rangka ibadah kepada Allah untuk mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah (Al-Hadits) bukan dalam rangka haus atau ambisi kepemimpinan Muslimin,inilah yang sangat disayangkan sekali kepada ormas khilafatul Muslimin wabil khusus Ust Abdul Qadir Hasan Baraja dimana banyak ikhwan yang taslim kepada JAMA'AH MUSLIMIN (HIZBULLAH) seperti Waliyul Imam Jambi,Waliyul Imam Palembang dan masih banyak lagi belum  yang diluar Negri, justru beliau menolak kemudian mengingkari wasiat Rasulullah "fuu bibai'atul awwal fal awwal" dan membuat andad tandingan dengan nama yang berbeda "khilafatul Muslimin" namun dengan landasan dalil rujukannya sama.

Allah Subhanahu WaTa 'ala berfirman:

مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖۤ اِلَّاۤ اَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوْهَاۤ اَنْـتُمْ وَ اٰبَآؤُكُمْ مَّاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍ ۗ  اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗ   اَمَرَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ ۗ  ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ  النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْن

"Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf 12: Ayat 40)

Allah Subhanahu WaTa 'ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ  وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَانًا ۚ  وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ  كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah (Islam), seraya ber-JAMA'AH dan janganlah kamu ber-FIRQOH-FIRQOH, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 103)


Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:

 كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .

 “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

“Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu ber pegang-teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemim pinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (mus limin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)


Umar bin Al-Khattab berkata:

 إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُ وَلَهُمْ

“Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepe mimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahte raan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

… فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ

“…maka wajib atas kamu berjama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)

              ---Wallahu 'alam bisshowwab---

By: Mujahid Hizbullah



5 komentar:

  1. Diakhir zaman, yg dinubuwatkan rasulullah saw setelah diangkatnya masa mulkan adalah masa khilafah 'ala minhajin nubuwwah, bukan khilafatul muslimin, khilafah islamiyah atau daulah islamiyah, sebagaimana dalam hadits ;

    “Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian) adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Mulkan ‘Adldlon (Kerajaan yang menggigit), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Mulkan Jabbariyah (Kerajaan yang sombong), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” 

    (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad : IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih Hal 461. Lafadz Ahmad)

    Dan setelah diangkatnya mulkan terakhir, yaitu khilafah turki utsmaniyah 1924, yg pertama menetapi/ menegakkan khilafah 'ala minhajin nubuwwah adalah jamaah muslimin(hizbullah) dg dibai'atnya alm.wali alfatah sebagai imam jamaah muslimin(hizbullah) atau imamul muslimin/ khalifah khilafah 'ala minhajin nubuwwah.
    Dengan demikian, jika ada khalifah atau imamul muslimin atau amirul mukminin yg dibai'at setelah pembai'atan alm.wali alfatah, maka wajib bagi yg sebelum pembai'atan alm.wali alfatah tersebut untuk taslim atau berbai'at pada jamaah muslimin(hizbullah) yg telah terlebih dahulu menetapi/ menegakkan khilafah 'ala minhajin nuhuwwah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. smoga engkau sanggup utk mempertahankan hujjahmu kelak di hadapan ALLAH SWT -> "Yaumul Hisap"..

      Hapus
  2. smoga engkau sanggup utk mempertahankan hujjahmu kelak di hadapan ALLAH SWT -> "Yaumul Hisap"..

    BalasHapus
  3. INGAT YAH BROO !!!
    SEMUA PERBUATAN AKAN DI MINTAI PERTANGGUNG JAWABAN DIHADAPAN ALLAH KELAK DI AKHIRAT...TERMASUK LOO PUNYA TULISAN

    BalasHapus
  4. INGAT YAH BROO !!!
    SEMUA PERBUATAN AKAN DI MINTAI PERTANGGUNG JAWABAN DIHADAPAN ALLAH KELAK DI AKHIRAT...TERMASUK LOO PUNYA TULISAN

    BalasHapus