By: Mujahid Hizbullah
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Artikel ini saya tujukan langsung kepada organisasi Jama’ah Khilafatul Muslimin yang dipimpin oleh Sang Khalifah/Amirul Mu’minin Ustd Abdul Qadir Hasan Baraja beserta para pembantu dan ma’mumnya, adapun tulisan ini merupakan dari diri pribadi saya tidak mewakili Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang mana saat ini insyaallah saya ber-iltizam didalamnya, adapun nasehat ini merupakan wujud kasih sayang saya antar sesama muslimin yang mengharap ampunan dari Allah subhanahu wata’ala dan ibadah sesuai yang dicontohkan oleh suri tauladan kita Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, Dan kita berharap bahwa ibadah kita diterima serta mendapat ganjaran balasan yaitu syurganya Allah.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
إِنَّمَا
الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا
اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang ber-iman
(Mu’minin) adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”
( Al-Qur’an Surah Al-Hujurat,ayat 10)
“Demi masa.Sesungguhnya
manusia dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman serta melaksanakan
berbagai kebajikan, saling mengingatkan supaya menjunjung kebenaran dan saling
mengingatkan supaya teguh dalam kesabaran” (Al-Qur’an Surah Al-A’sr 1,2 &3)
Sebagaimana ayat diatas bahwa sesungguhnya orang-orang
beriman itu bersaudara,saling menasehati saling mengingatkan supaya menjunjung
kebenaran dan saling mengingatkan supaya teguh dalam kesabaran, terkecuali
orang-orang yang beriman serta melaksanakan berbagai kebajikan,Ketahuilah bahwa
sesungguhnya akan ada dari ummat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang
diusir oleh Malaikat,sebagaimana seekor onta yang tersesat dari pemiliknya dan
mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir.
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengisahkan: pada
suatu hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu
beliau mengucapkan salam:
ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺩَﺍﺭَ ﻗَﻮْﻡٍ ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
، ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻥْ
ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻜُﻢْ ﻟَﺎﺣِﻘُﻮﻥَ
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai
kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti
akan menyusul kalian“.Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk
dapat melihat saudara-saudaraku “.
Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga
mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” .
Rasulullah menjawab :
ﺃَﻧْﺘُﻢْ
ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑَﻌْﺪُ
“Kalian adalah sahabat-sahabatku,
sedangkan saudara-saudaraku adalah ummatku yang akan datang kelak“.
Kembali para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, bagaimana
engkau dapat mengenali ummatmu yang sampai saat ini belum terlahir? “. Beliau
menjawab:
ﺃَﺭَﺃَﻳْﺖَ
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻟَﻪُ
ﺧَﻴْﻞٌ ﻏُﺮٌّ ﻣُﺤَﺠَّﻠَﺔٌ ﺑَﻴْﻦَ
ﻇَﻬْﺮَﻱْ ﺧَﻴْﻞٍ ﺩُﻫْﻢٍ ﺑُﻬْﻢٍ
ﺃَﻟَﺎ ﻳَﻌْﺮِﻑُ ﺧَﻴْﻠَﻪُ
“Menurut pendapat kalian, andai ada orang
yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda
itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam,
tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya? ”
Para sahabat menjawab : “ tentu saja orang itu dengan mudah
mengenali kudanya“.
Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda:
ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ
ﻳَﺄْﺗُﻮﻥَ ﻏُﺮًّﺍ ﻣُﺤَﺠَّﻠِﻴﻦَ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻮُﺿُﻮﺀِ ، ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻓَﺮَﻃُﻬُﻢْ
ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤَﻮْﺽِ ﺃَﻟَﺎ ﻟَﻴُﺬَﺍﺩَﻥَّ ﺭِﺟَﺎﻝٌ
ﻋَﻦْ ﺣَﻮْﺿِﻲ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺬَﺍﺩُ
ﺍﻟْﺒَﻌِﻴﺮُ ﺍﻟﻀَّﺎﻝُّ
“Sejatinya ummatku pada hari qiyamat akan
datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda
mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia “.Aku akan menanti ummatku di pinggir
telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari ummatku yang
diusir oleh Malaikat , sebagaimana seekor onta yang tersesat dari pemiliknya
dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir.
Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah “. Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata:
ﻓَﻴُﻘَﺎﻝُ
: ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺪْ ﺑَﺪَّﻟُﻮﺍ ﺑَﻌْﺪَﻙَ
“sejatinya
mereka sepeninggalmu telah merubah-rubah ajaranmu“.
Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah)
bersabda :
ﺳُﺤْﻘًﺎ
ﺳُﺤْﻘًﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﺑَﺪَّﻝَ ﺑَﻌْﺪِﻱ
“menjauhlah,
menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku merubah-rubah ajaranku ” (diriwayatkan
oleh Al Bukhari dan Muslim).
Kisah diatas menjadi inspirasi bagi kita ummat Islam akhir zaman untuk mengambil pelajaran darinya dan jangan sampai ummat Rasulullah yang diusir dari syurga tersebut adalah kita,maka dari itu mari kita jaga syari’atnya jangan dirubah jangan dikurangi dan jangan diingkari .
Kisah diatas menjadi inspirasi bagi kita ummat Islam akhir zaman untuk mengambil pelajaran darinya dan jangan sampai ummat Rasulullah yang diusir dari syurga tersebut adalah kita,maka dari itu mari kita jaga syari’atnya jangan dirubah jangan dikurangi dan jangan diingkari .
Jama'ah Muslimin (Al-Jama’ah)
adalah nama yang syar’i nama yang disyari'atkan nama yang keluar dari bibir/lisan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bukan dari bibir/lisan seorang Wali Al Fattah, lalu kenapa nama syari'at tersebut dirubah oleh
Ustd Abdul Qadir Hasan Baraja menjadi
Jama’ah Khilafatul Muslimin ? benarkah
Ustd Abdul Qadir Hasan Baraja itu ahli kitab yang gemar mengubah-ubah syari'at
dengan nama lain ? Jika diperhatikan
nama Jama’ah Khilafatul Muslimin memang sekilas mirip dengan syari'at, maka
tidak heran mungkin orang atau ma’mumnya yang awam tertarik dengan nama Jama’ah
Khilafatul Muslimin yang berseragam dan ber-KTA serta mengusung Khilafah sehingga banyak yang bergabung, maka bagi mereka yang
merubah syari’at harap bersiap-siap apabila kelak diusir oleh Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam, sampai saat ini saya pribadi maupun para asatid dari Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) belum mengetahui dari mana asal usul nama Jama’ah Khilafatul
Muslimin, dan justru malah sebaliknya Jama’ah Khilafatul Muslimin menarik-narik dalil Jama’ah
Muslimin, coba perhatikan Hadist berikut ini apakah ada Rasulullah menyebut “Tetaplah
engkau pada Jama’ah Khilafatul Muslimin dan Khalifah mereka !”
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ…
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ…
“…Tetaplah engkau
pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka …”
Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut, Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:
Lengkapnya hadits tersebut sebagai berikut, Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ
أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ
أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ
وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ
فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ
مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ
قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ
الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ
نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ
وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ
بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ
وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ
نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ
جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا
قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا
قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا
وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي
إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ
جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ
يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ
إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ
بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ
وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .
“Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada
Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya
bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah
dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam).
Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!”
Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah
menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya:
“Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang
mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang
berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan
dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku
bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah
menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu
Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke
dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat
mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita
dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang
eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?”
Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau
pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada
bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar
menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar
kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari,
Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135
dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).
Hadits diatas bersambung pada hadits berikut ini,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Hadits diatas bersambung pada hadits berikut ini,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَكُونُ
النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ
اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ
عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا
ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً
فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا
ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
”Adalah masa Kenabian
itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian
Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah
masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah
‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah
mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya.
Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas
kehendak Allah. Kemu- dian Allah mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyom bong (Mulkan
Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu dian Allah mengangkatnya, apabila
Ia menghen daki untuk mengang katnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang
menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala
minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari
Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461.
Lafadz Ahmad).
Adapun dua Hadits diatas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim maupun yang
diriwayatkan oleh Ahmad dari Nu’man bin
Basyir itu sama sekali tidak ada hubungan/kaitannya dengan nama Jama’ah Khilafatul Muslimin, Justru
nama syari’at yang keluar dari lisan Rasulullah adalah Jama’ah Muslimin
dan Khilafah
‘ala minhajin nubuwwah atau Jama’ah Muslimin wujudnya adalah Khilafah ‘Ala
Minhajin Nubuwwah bukan pula "Jama'ah 'Ala Minhajin Nubuwwah" Lalu kenapa Ustd Abdul Qadir Hasan Baraja beserta para pembantu dan ma'mumnya keberatan dengan nama syari'at Jama'ah Muslimin pemberian dari Rasulullah ?Berdasarkan fakta bahwa Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin atau Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian) itu sudah diwujudkan kembali sejak dibai’atnya Wali Al Fattah pada tahun 1953, namun dengan berbagai alasan yang dicari-cari dan salah satunya kurang/tidak “IKLAS” banyak yang menolak,namun setelah mereka mempelajari dan mengkaji dalil-dalil tentang Al-Jama’ah, Al-Imaamah dan Al-Bai’ah dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah) akhirnya banyak yang membenarkan termasuk (MUI) namun sebagian muslimin masih menganggap belum saatnya bahwa Al-Jama’ah atau Khilafah itu hadir, lalu sampai kapan ? Apakah ketika ada perintah sholat,shoum,zakat,dan haji didalam Al-Qur'an apakah harus menunggu sampai mampu dulu ? Apakah ketika ada perintah ber-Jama'ah dan ber-Imaamah didalam Al-Qur'an apakah harus menunggu sampai mempunyai kekuasaan terlebih dahulu ? tapi pada akhirnya bukan menepati bai’at yang pertama justru membuat Jama’ah tandingan dengan nama yang berbeda inilah yang dimaksud andad menyelisihi syari'at yang sudah diwujudkan, padahal menyelisihi syari'at itu adalah taghut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَانَتْ
بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ
نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي
وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا
قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ
فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ
عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para
Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya
setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan
akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada
kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang
pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya
mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim
dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)
Tentunya Jama’ah Khilafatul
Muslimin dan pendirinya Ustd Abdul
Qadir Hasan Baraja beserta para pembantu dan ma’mumnya tidak ingin
mengalami nasib seperti mereka ummat Rasulullah yang diusir bukan ? Tentu
jawabannya: tidak !. Oleh karena
itu, mari kita “bertaubatan nasuha” selagi masih ada kesempatan dan mari kita jaga
kemurnian ajaran beliau Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam dan mengamalkannya dengan seutuhnya tanpa berbuat
bid’ah ditambah atau dikurangi. Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang
mendapat syafa’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat
kelak. Aamiin ya robbal alamin.
Hadits-Hadits Tentang Bid'ah
Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk Jama’ah Muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah'”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )
“Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ
“Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah”
(HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu a’lam bisshowab
Hadits-Hadits Tentang Bid'ah
Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk Jama’ah Muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah'”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )
“Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ
“Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah”
(HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu a’lam bisshowab

Tanpa berpanjang kalam, sebenarnya antum sudah ketemu secara pribadi dengan Ust Abdul Qadir Hasan Baraja" untuk dialog secara baik-baik. Itu lebih bijak sekiranya dilakukan daripada bikin artikel yang ditujukan kepada beliau sementara antum tidak tahu didalam Khilafatul Muslimin itu seperti apa, apalagi cuma menduga-duga. Sangat tidak layak bagi kita melakukan hal yg demikian. Ayo ketemu sana sampai jelas.
BalasHapusRosulullah SAW menasehatkan kpada para sahabat agar sepeninggal beliau mereka berikhtizam kpada jamaatul muslimin dan imamnya
BalasHapusKemudian pesan itu dilaksanakan oleh para sahabat.
Imam pertama mereka adalah Abu Bakar As Shiddiq RA. Beliau adalah imam sekaligus kholifah. Bukan sekedar imam jamaatul muslimin, sahabat mana yg mebuat jamaatul muslimin berdasarkan perintah Rosulullah tersebut sehingga kita harus mengikutinya?
Ketika tidak didapati Jama'ah Muslimin dan Imaamnya tinggalkan semua firqoh-firqoh yang ada bukan menceburkan diri dalam kubangan firqoh organisasi hasil rekayasa logika,ketika Jama'ah Muslimin dan Imaamnya sudah terwujud tinggal i'tizal bukan membuat tandingan dengan nama yang berbeda.
HapusAl-Jama'ah atau Jama'ah Muslimin adalah syari'at penjelasannya melalui lisan Rasulullah begitu juga dengan Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah,lalu penjelasan siapa KHILAFATUL MUSLIMIN ?
Sungguh artikel antum ini tidak berbobot, hanya berbicara penuh curiga dan berburuk sangka dengan menyelipkan dalil sebagai sebagai bumbu yang sebenarnya bukan falil yang jadi pokok bahasan tetapi hanya mencari2 cacat dari Khilafatul Muslimin yang tidak ditemukan. Dan antum berusaha sekuat tenaga untuk membenturkan dalil2 tersebut dengan keberadaan Khilafatul Muslimin. Sungguh bodoh antum, menulis hanya berdasarkan katanya tanpa di dasari kebenaran yang ada dari Khilafatul Muslimin secara langsung bertatap muka atau dialog.
BalasHapusSungguh artikel antum ini tidak berbobot, hanya berbicara penuh curiga dan berburuk sangka dengan menyelipkan dalil sebagai sebagai bumbu yang sebenarnya bukan falil yang jadi pokok bahasan tetapi hanya mencari2 cacat dari Khilafatul Muslimin yang tidak ditemukan. Dan antum berusaha sekuat tenaga untuk membenturkan dalil2 tersebut dengan keberadaan Khilafatul Muslimin. Sungguh bodoh antum, menulis hanya berdasarkan katanya tanpa di dasari kebenaran yang ada dari Khilafatul Muslimin secara langsung bertatap muka atau dialog.
BalasHapusTidak berbobot mungkin itu pendapat antum karena tidak iklas menerima nasehat, Jika antum iklas menerima nasehat tentunya antum tidak akan mengatakan artikel tersebut tidak berbobot.
HapusSaya yakin dada dan hati antum sesak dan sempit menolak nasehat dari saya,seharusnya antum itu berlapang dada ketika ada orang yang memberikan nasehat bukan dengan amarah angkara murka,sebaiknya antum taubatan nasuha tinggalkan firqoh buatan Sang Khalifah yang tidak ada asal usul rujukannya "fa'tazil tilkal firaqa kullaha !"
Dialog Via sms antara penulis dengan Ustad Wahyudi Ks mantan NII yang kini bergabung dengan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada tahun 1985 sebelum Khilafatul Muslimin yang baru didirikan pada tahun 1997:
BalasHapussaya
Assalamu’alaikum bgmn kbrnya tadz,?
Bnrkh Ustd Abdul Qadir Hasan Baraja prnh silah kebogor & meminta Imaam (alm) utk membubarkan Jama’ah Muslimin & diganti nm dg Khilafatul Muslimin nmn pemimpinnya tetap dari Jama’ah Muslimin.
Jazakallah penjelasannya.
Jawaban Ustd Wahyudi Ks
Wa’alaikum slm,wr.
Ga/bukan begitu Justru kita yg menuntut mereka mempertanggung jawabkan istilah “Khilafatul Muslimin” mereka ga/tidak ada yg bisa jawab,trmasuk Ustd Abdul Qadir sndiri,Pdhl 30~an org. Ada yg nyeletuk di Qur’an,sy kejar”tdk ada di Qur’an !
Saya
Sebenarnya istilah “Khilafatul Muslimin” itu sendiri dari mana tadz jika di Al-Qur’an maupun Hadis tdk di jumpai,Apakah hasil pemikiran Ra’yu penggabungan dua hadist,,?
Lalu hasil dari dialog itu bgmn tadz,?
Ustd Wahyudi Ks
Iya kali,Saat sy buka Maktabah Syamilah,SEDIKIT SEKALI ada kitab yg mnyebut Khilafatul Muslimin,itupun bukan dlm Qur'an dan Hadist,Tapi kalau kata Jama'ah Muslimin,Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah,Khilafah Rasyidah dan Khilafah Islamiyah,ada RIBUAN KALIMAT,dlm hadist dan kitab2 lain.
Saya
Tadz sebenarnya dialog kita ini,saya jadikan status postingan di grup FB kepunyaan Khilafatul Muslimin karna ada yg menyampaikn sbgmn awal sms saya.
Ustad Wahyudi Ks
Ma'af sy ga bs sms trus2an Intinya ia tdk spkt dg pola juang kita yg merngkul semua potensi muslimin trmasuk yg ada di pmrntah.
Wassalam
Saya
Jazakallah khair tadz info dan penjelasannya.
Itulah sekilas singkat sms saya dengan Ustd Wahyudi Ks
Kepada antum ikhwan Khilafatul Muslimin seharusnya antum itu berlapang dada,tarik nafas dalam² keluarkan secara perlahan,mudah²an hati antum menjadi tenang,terserah kepada antum apakah ragu terhadap Khilafatul Muslimin atau sebaliknya jika tetap itu artinya antum harap bersiap² apabila kelak diusir oleh Rasulullah.
Sebutan Lain Dari Jama'atul Muslimin
BalasHapusAda enam ribuan sebutan lain dari Jama'ah Muslimin yang terdapat dalam kitab Maktabah Syamilah seperti Khilafah Rasyidah,Khilafah Islamiyah,Salafus Sholih,Sawadhul Adzom,Thaifah Mansyuroh,Firqatun Najiyah dan yang populer adalah "Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah"
Sebutan Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian) inilah yang menimbulkan kerancuan pemahaman antar harokah Islam sehingga ummat Islam sulit untuk bersatu.
Ada yang berpendapat bahwa Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah wujud/
bentuknya adalah Negara Islam atau Negara Khilafah atau Daulah Islamiyah,dan ada juga yang berpendapat bahwa Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah wujudnya pemerintahan Islam yang sudah menerapkan syari'at Islam secara kaffah.
Sehingga ketika ada yang menyebut/
menyampaikan bahwa Jama'ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud dari "Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah" maka dengan spontanitas yang ditanyakan pertama adalah dimana kekuasaan wilayah teritorial bala tentara dan lain sebagainya.
Persoalan wilayah kekuasaan dsb inilah yang selalu ditanyakan kepada Jama'ah Muslimin (Hizbullah) bahkan tidak sedikit yang mencibir/mencemooh baik ikhwan sendiri maupun diluar ikhwan,masalah kekuasaan adalah masalah politik sementara Jama'ah Muslimin (Hizbullah) itu Non Politik walaupun Non Politik Jama'ah Muslimin (Hizbullah) tidak anti dengan politik,karna politik sumbernya dari ro'yu yang relatif dan rapuh sementara Islam itu sumbernya dari wahyu Allah.
Sebutan lain dari Jama'ah Muslimin adalah Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah yang terdapat dalam kitab Maktabah Syamilah sebanyak 6000-an.Lalu nama KHILAFATUL MUSLIMIN itu dari mana ???
ha...lucu lucu para khalifah
BalasHapus